Awal pandemi sekitar bulan Maret 2020 lalu. Saat itu aku masih cuti pasca lahiran anak kedua. Aku udah menyiapkan mental untuk kembali bekerja seperti biasa sebagai seorang guru di sebuah SMP negeri di kota tempatku tinggal.
Saat itu sama sekali tidak terlintas dipikiranku akan bekerja dari rumah. Rasanya cuti selama 3 bulan itu saja sudah cukup menguras emosi dan tenaga selama di rumah saja. Emak-emak pasti paham gimana rasanya seharian penuh ngurusin bayi baru lahir. Eh, ternyata karena pandemi, aku harus melanjutkan stay at home.
Padahal aku tipe orang yang me time harus keluar rumah. Entah itu sekadar beli es krim di minimarket. Saat itu mikir, sanggup gak ya di rumah aja sampai waktu yang tidak bisa dipastikan?
Tepat ketika masa cutiku selesai. Beberapa hari sebelumnya aku mendapatkan informasi bahwa Pemerintah Kota Bengkulu menginstruksikan untuk menutup tempat umum, guna menghindari penularan virus Covid-19. Termasuk sekolah.
Antara cemas dan senang rasanya saat itu. Cemas karena aku punya bayi baru lahir di masa pandemi seperti ini, takut terjadi apa-apa dengan bayiku yang imun tubuhnya masih lemah. Senang karena artinya aku tidak perlu meninggalkan bayiku dengan orang lain sebab aku bisa bekerja dari rumah sambil momong bayi.
Baca Juga: Kehamilan Anak Kedua
Kenyataannya, punya bayi dan harus bekerja dari rumah itu tantangannya dua kali lebih berat. Belum lagi kakaknya yang baru masuk sekolah dasar. Dia butuh banyak penyesuaian karena sistem belajarnya tentu berbeda dibandingkan saat masih di TK. Kebayang dong ribetnya gimana?
Sumpah aku bingung pada awalnya. Harus seperti apa berkomunikasi dengan murid kalau sekolahnya daring? Alhamdulillah. Saat itu pihak sekolah sempat memberikan pelatihan bagi guru selama 3 hari untuk persiapan sekolah daring.
Guru boleh melaksanakannya melalui berbagai metode, baik secara daring ataupun luring, seperti:
Semuanya serba fleksibel, boleh disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi murid dan guru. Pihak sekolah kala itu juga menyetujui untuk guru berkomunikasi dengan murid dan orangtua melalui WhatsApp. Sebab dinilai paling mudah dan banyak yang menggunakan.
Tantangannya lagi nih, murid ada yang tidak memiliki gawai, kuota data internet yang terbatas, serta belum terbiasa belajar mandiri di rumah.
Sungguh menjadi sebuah dilema bagi pendidikan di Indonesia, khususnya di kota kecilku. Mau tidak mau, suka tidak suka, semua harus melaluinya. Guru-guru diberikan pelatihan secara luring untuk meningkatkan skill. Aku sendiri menambah jam pelatihan guruku secara daring melalui berbagai training yang banyak banget tersedia. Aku menjajal pelatihan Microsoft Education, mengikuti pelatihan Wardah Inspiring Teacher, belajar melalui berbagai webinar tentang Pembelajaran Jarak Jauh, pokoknya tujuanku saat itu untuk upgrade kemampuan diri dan tentunya teknologi.
Bersyukur banget sih sebenarnya karena udah terlebih dahulu terjun di dunia blogger. Aku sudah terbiasa mengisi berbagai formulir secara daring. Aku tidak gaptek banget dengan editing video dan infografis untuk membuat media belajar. Bahkan sebelumnya aku juga sering mengunggah materi dan soal-soal di blog sebelum pandemi. Selain itu aku juga terbiasa punya banyak WhatsApp grup di ponsel. Hahaha…
Kalau kegiatan mengajar daring bisa diselesaikan dalam beberapa jam saja melalui Zoom. Tentu tidak sama dengan masalah rumah tangga. Haduh… ini tuh lebih berat dari sekadar menjawab ratusan chat di WhatsApp.
Suami juga bekerja dari rumah, otomatis saat kerja tidak bisa diganggu. Sementara anak bayi minta ASI. Belum lagi si kakak yang butuh bimbingan belajar jarak jauh. Rasanya kepala emak mau meledak!
Baca juga: Drama Menjelang Persalinan Anak Kedua
Untungnya perempuan itu multitasking. Sambil zoom meeting, bayinya bisa dikasih ASI sambil ditutupi apron. Saat selesai mengajar, bisa cek hasil belajarnya si kakak. Sementara suami memantau ala kadarnya sambil kerja. Urusan beres-beres rumah itu bisa nanti. Pokoknya udah sepakat sama suami, aku ngerjainnya sebisa aku aja. Alhamdulillah beliau tidak protes dan mau berbagi tugas.
Sebelum memutuskan punya anak kedua, ketika itu aku sempat menyampaikan ke suami. Aku tidak mau punya anak lagi kalau dia tidak mau bantu urusan rumah dan momong anak. Kami juga sepakat untuk tidak berlama-lama tinggal di rumah orangta ataupun mertua. Pokoknya setelah luka operasi caesarku pulih, kami kembali ke rumah sendiri.
Syukurnya semua kesepakatan itu berjalan sesuai rencana. Selama aku masa pemulihan, suami bersedia mengurusi masalah pakaian. Pakaian tertentu di-laundry, pakaian rumahan dan bayi, dicuci dan disetrika suami di rumah.
Baca juga: Kupesan: Belanja Kebutuhan Dapur dari Rumah
Belanja kebutuhan bahan pokok juga dilakukan oleh suami. Aku bagian masak-masak saja. Sementara si kakak bagiannya menghabiskan makanannya tanpa drama.
Si kakak juga dapat pelatihan khusus dari bapaknya, yaitu bersih-bersih rumah. Dia mulai didisiplinkan menyusun mainannya sendiri, belajar menyapu, mencuci piring dan menyiram tanaman. Tentu saja bagian yang paling dia senangi menemani adiknya guling-guling di kasur.
Bahagia raasanya, ternyata kami mampu melalui berbagai tantangan selama pandemi ini. Tidak sulit asalkan mau saling bekerjasama dan berkomunikasi dengan baik. Sebagai hiburan selama di rumah saja, kami sering menonton film bersama sambil makan camilan. Sekalinya pengin belanja baju baru, ya jajannya online aja. Gak capek juga harus muterin mall.
Suamiku meneruskan hobinya memelihara berbagai jenis burung. Mulai dari kenari hingga murai batu (yang dibelinya secara diam-diam karena harganya mahal). Hehehe.. padahal istrinya ini juga gak masalah sih mau beli apa dan harganya berapa? Asalkan setoran tiap bulannya lancar dan istrinya ini tetap bisa makan enak dan belanja skinker.
Baca Juga: MUA Terbaik Bengkulu: Dwi Ressy (Echy MUA)
Sementara si kakak mulai rajin menggambar dan melukis. Dia membuat komik sendiri dan minta dibelikan cat air serta buku gambar untuk coret-coret lukisannya. Kalau si adek bayi tentu saja me time-nya nyusu dan tidur.
Aku sendiri akhirnya kembali menekuni menulis blog ketika bayiku sudah mulai anteng. Aku juga mengikuti berbagai kompetisi lomba blog, lomba video pembelajaran dan tentunya berbagai event blogger yang diselenggarakan secara daring, salah satunya BloggerDay 2021.
BloggerDay 2021 adalah event perayaan 6 Tahun Komunitas Bloggercrony Indonesia. Acaranya diadakan secara virtual dan gratis selama satu hari penuh pada tanggal 6 Maret 2021.
Tepat Pukul 10.00 diadakan persiapan acara pembukaan dengan Host Kak Gita Siwi. Baru mulai aja udah seru dan rame dengan celotehan para peserta yang berasal dari berbagai penjuru Indonesia.
Kemudian dilanjutkan dengan pembukaan rangkaian acara BloggerDay oleh Ketua Panitia, Kak Fawwaz. Serta Ketua Bloggercrony, Kak Satto Raji.
Acara semakin seru dengan pemberian award kepada Most Wanted Blog Award, Kak Herva. Aduh aku pengin sesi khusus deh buat kakak keceh ini kasih tips dan triksnya gimana supaya blog gak sepi kayak kuburan.
Selain itu, ada juga pengumuman hadiah untuk Best Facebook Post, Beset Video Profile Bloggerpreneur, dan Update Kepengurusan Bloggercrony.
Wah, baru mulai aja udah banyak hadiah. Aku sampai mupeng karena belum kebagian. wkwk…
Setelah bagi-bagi hadiah, BCC Squad diajakin buat mengikuti Virtual Family Trip. Asik dan seru banget… kita diajakin keliling naik dinosaurus sama Kang Idfi. Eh enggak ding. Liat doang. Virtual trip-nya tuh ke Amerika gaiss! Berkesan banget deh aku dengan kegiatan ini. Kayak beneran ada di sana. Melihat gedung putih, air terjun Niagara, mandangin Patung Liberty, main ke Jurrasic World dan tentu saja tidak ketinggalan menyaksikan kemeriahan parade warga Disneyland.
Sama sekali gak bosenin. Soalnya banyak Gimmick atau kuis yang disiapkan oleh Kang Idfi. Selepas jalan-jalan di dunia maya ini, aku jadi punya ide baru untuk ngajakin murid-muridku belajar dengan metode Virtual Trip gini. (Colekin Kang Idfi biar ajarin aku).
Tepat pukul 12.00 seluruh peserta meninggalkan ruang zoom untuk istirhat. Aku buru-buru ambil nasi dan lauk, mau nyuapin anak bayi makan siang. Setelah beres semuanya. Eh, aku telat masuk ruangan dan ketinggalan mengikuti Kahoot Games. Gagal lagi deh aku mendapatlkan e-wallet. Wkwk
Acara berikutnya gak kalah seru. Ada BloggerHangout: Webinar Senjakala “Content Creator” dengan dua orang narasumber keren. Kak Maman Suherman dan Kak Shafiq Pontoh. Acara ini dimoderatori oleh Kak Helen Simarmata.
Lagi asik menyimak, eh mendadak datang rombongan kakak sulungku beserta tiga orang anak balitanya. Walah… aku jadi gak konsen sepnuhnya ini.
Tapi dari beberapa pembicaraan yang aku tangkap dari dua pembicara ini, katanya untuk membuat konten yang baik, seorang konten kreator harus menggunakan semua panca inderanya. Hal ini bisa dilakukan jika dilatih terus-menerus. Artinya butuh konsistensi dan tekad yang kuat.
Bikin konten juga tidak melulu soal cuan, namun bagaimana konten yang kita buat itu bermanfaat bagi orang lain.
Sungguh sebuah webinar yang penuh makna deh sesi ini. Aku yakin peserta lainnya dapat banyak insight dari dua pemateri berpengalaman ini.
Sebelum lanjut ke webinar kedua, Host cantik kita Kak Gita Siwi bagi-bagi hadiah lagi melalui Lucky Draw. Pengambilan doorprize ini juga dibagi dua sesi, untuk area Jabodetabek dan luar daerah tersebut. Alhamdulillah kali ini namaku ada diurutan ketiga. Hore!
Kemudian, acara dilanjutkan dengan kegiatan BloggerCare, yaitu penggalangan dana dari dan untuk Blogger Keluarga Jempolan. Keluarga Jempolan di sini adalah para anggota Komunitas Bloggercrony yang terkena dampak akibat pandemi agar bertahan dengan situasi saat ini. Alhamdulillah dalam waktu singkat terkumpul dana sebesar Rp. 5.505.000. Terima kasih untuk para donatur semuanya.
BloggerHangout: Webinar seselanjutnya ini membahas Tantangan Pembelajaran Jarak Jauh dengan narasumber Kak Ifa H. Misbach dan Kak Kania Safitri. Ini tuh penting baget buat para emak-emak selama mendampingi anak belajar dari rumah. Sering stres ya mak? Kesel kenapa anak sulit belajar?
Ternyata kata Kak Ifa, harusnya sebelum orangtua menyiapkan anak memiliki kecerdasan intelektual, emosi dan spiritual yang kuat. Anak harus bisa mengolah kecerdasan tubuh yang sudah mereka bawa sejak lahir. Nah, tugas orangtua adalah untuk menstimulasi indra gerakan dan indra keseimbangan tubuh melalui integrasi koordinasi motorik kasar, halus, putaran sesorik, koordinasi mata-tangan, perencanaan motorik, melintasi garis tengah, serta integrasi spasial tubuh.
Haduh kok banyak yah? Iyah.. intinya anak harus di berikan berbagai aktivitas fisik untuk melatih gerak motorik kasarnya. Hal ini sangat berpengaruh dalam perkembangan motorik halusnya nanti dan terhadap konsentrasinya saat belajar.
Menarik sekali yah webinar ini?
Hal penting yang perlu dicatat adalah orangtua wajib memenuhi Hak Pendidikan Selama Masa Pandemi (KPAI), yaitu:
Gimana? Meriah banget kan acara BloggerDay 2021 ini? Rugi banget gak ikutan. Selain banyak ilmu, ada banyak hadiah juga dari para pendukung acara.
Sampai jumpa di kemeriahan acara BloggerDay tahun depan!
Hujan deras mengguyur di hari Rabu, 17 Januari 2024. Selepas dari kelas, saya langsung menuju…
Minggu, 14 Januari 2024. Aku menghadiri Grand Opening Ethica Store Sungai Serut. Berlokasi di Jalan…
Siapa yang di sini memiliki pemikiran yang sama dengan saya? Ingin mengganti ponsel yang sudah…
Sudah lama banget aku tuh nyari jilbab warna merah yang unik dan nyaman dipakai. Bukannya…
Sejak sekolah tempat saya bekerja menjadi lima hari kerja, setiap pulang sekolah rasanya capek banget.…
Suasana segar terasa setelah Kota Pangkalpinang di guyur hujan sejak pagi. Tepat pada tanggal 15…
This website uses cookies.