Janji ya!

Malam minggu, saatnya kencan. Yippie! Ia berjanji mengajakku dinner untuk kesekian kalinya.
“Kali ini janji ya?” Ulangku. Ia mengangguk mengiyakan. Awas saja kalau dia lupa, biar kukirimkan ribuan lebah untuk menyengat otaknya yang tumpul itu.
Satu jam, dua jam… Aku mulai gelisah duduk di bangku sebuah restoran tempat yang ia janjikan tanpa memesan apa-apa. Belum lagi melihat para waiter yang bola matanya sudah sebesar mata Power Puff Girls itu. Kukirimkan satu lagi pesan singkat ke nomornya. ‘Aku sudah di sini selama dua jam. Kau tidak lupa kan?’ Terkirim dengan sukses. ‘Tunggu, sebentar lagi aku sampai, sayang.’ Balasnya.
Aku menghela napas, mencoba lebih bersabar. Beberapa menit kemudian ia tiba dengan keringat mengucur. Hidungku secara otomatis menutup dua lubangnya, alhasil aku megap-megap tanpa ampun. “Kau lama dan bau!” Ucapku ketus. “Sedangkan aku kelaparan!” Tambahku.
Ia mengatur napas, “Maaf, sayang. Macet. Ayo kita pesan makanan.” Ujarnya. Alasan klise pikirku. Tanganku melambai hendak memanggil waiter, tetapi ia malah menariknya turun.
“Jangan di sini, sayang. Aku sudah pesan makanan di sana.”
Ia menunjuk ke arah warung pinggiran di dekat selokan. Mukaku merah padam, entah malu atau marah.

2 thoughts on “Janji ya!”

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.