Dulu, salah seorang guru Bahasa Indonesia meminta kami menulis karangan mengenai hari liburan paling berkesan di tahun yang baru saja terlewati dan saya menulis tentang kumpul keluarga yang hanya terdiri dari lima orang anggota keluarga inti.
Pada karangan tersebut saya bercerita dengan jujur bagaimana keluarga kami melewati tahun baru hanya dengan begadang sambil makan kue bolu dan nonton televisi. Buat saya sangat menyenangkan, karena keluarga kami bukanlah tipe orang yang senang begadang sampai larut malam. Tambahan lagi kue bolu yang disantap dibuat khusus oleh mama untuk malam tahun baru. Keluarga yang sempurna dan bahagia, menurut saya. Tentu juga cerita yang sungguh mengesankan, sampai sekarang.
Balik ke tugas mengarang pengalaman liburan yang mengesankan tadi, seperti biasa tugasnya dikumpulkan dan akan ada satu atau dua karangan yang akan dibahas bersama-sama tanpa menyebutkan nama pengarangnya.
“Seru ya cerita kalian saat liburan, ada yang ke luar kota, pulang kampung, mendaki gunung… tapi, saya menemukan satu cerita yang agak ‘aneh’ dan rasanya biasa aja.” Begitu komentar guru saya waktu itu.
Lalu lanjutnya, “Dia menulis begini, ‘pengalaman mengesankan saya saat liburan adalah ketika malam tahun baru kami sekeluarga berkumpul bersama, papa, mama, abang, aku dan adek sambil makan kue bolu dan nonton televisi…’ coba kalian bayangkan ya, ceritanya ga ada greget, biasa aja. Mungkin, penulisnya bisa menambahkan sedikit bumbu supaya ceritanya lebih seru, bohong atau mengarang sedikit kan ga apa-apa…”
Saya tentu sangat paham sekali kalau yang dibahas itu karya saya. Lantas saya berpikir, masa saya harus berbohong untuk mendapatkan nilai mengarang yang bagus? Begitu sepelenya kah kumpul keluarga dan begadang bagi kebanyakan orang? Atau keluarga kami memang sedikit ‘aneh’?
Hahaha… iya, saya sampai minder rasanya saat itu. Meskipun teman-teman tidak tahu kalau itu adalah tulisan saya. Ada sih satu yang tahu yaitu teman sebangku saya sebagai editor (Nah, apa sih istilahnya untuk orang yang baca karya tulis pertamakali sebelum diterbitkan? Proof reader ya?). Teman di sebelah saya ini cuma senyum ga enakan, sambil berbisik “Udah tenang aja ga ada yang tahu itu tulisan kamu. Aku cerita di karangan kemarin juga banyak bohongnya. Ga ngaruh banget ama nilai.” Aku cuma cengengesan mendengar komentarnya.
Ketika buku tugasnya dikembalikan ke masing-masing siswa, terpampang jelas nilai karanganku yang aneh hanya mendapat angka tujuh, sedangkan siswa yang lain paling tidak diberi nilai delapan.
Terus, kenapa sih saya ceritain tentang ini… ya, selain buat ngisi blog yang udah jenggotan, tujuan lainnya untuk merayakan tahun baru 2016 supaya punya cerita mengesankan. Terus nanti kalau diminta lagi mengarang tentang liburan yang mengesankan, cerita saya jadi cerita yang aneh lagi. Hehehe…
Happy New Year! Kembang api di luar sana meriah banget dan saya cuma ngeblog di kamar sambil nungguin Andara yang terlelap tidur.
Keluarga adalah tempat di mana kamu bisa menjadi diri sendiri tanpa menggunakan topeng
Dedicated to my parents, old and young brothers. Hey, our new year night wasn’t same anymore. Semoga kita bisa berkumpul lagi seperti dulu, seperti cerita aneh itu… I miss you, all… *hug*
((Psstt… iya, sebenarnya kangen keluarga besar. You know lah ketika semua saudara sudah membina rumah tangga masing-masing, kumpul keluarga itu susah minta ampun, apalagi beda kota dan beda pulau seperti ini. Berat… diongkos…))
Nulis boongan emang susyeh, ya, kak.
Iya, ga biasa bohong, sih. Hehehe