Hanya Ingin Kau Tahu

“Mau kamu apa?”
Nana menatap mata lelaki di depannya dengan tajam.

“Aku…”

“Sudah! Aku muak!”

“Tapi aku cinta…”

“Persetan dengan kamu dan cinta. Bagiku kalian sudah mati!”

“Nana, mengertilah…”

“Stop! Kamu bukanlah siapa-siapa aku lagi!”
Nana berlari menjauh, membiarkan air matanya jatuh menjadi jejak-jejak penghubung masa lalu.

‘Seandainya kamu dulu tak meninggalkan kami, tentu kita tak akan bertemu di tempat ini.’

Nana melangkahkan kakinya dengan gontai menjauhi lokalisasi. Ia hanya ingin lelaki itu tahu, bahwa sejak hari itu tak pantas lagi sang lelaki yang tengah menatap punggungnya menjauh itu dipanggil Papa.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.