“Ma.. Dedek mau handphone..”
“Iya, sayang. Nanti ya?”
“Kapan, Ma?”
“Nanti. Mama belum ada uangnya sekarang”
“Tapi nanti belinya yang paling mahal ya, ma?”
“Iya…”
Aku tersenyum senang mendengar janji mama. Mama pasti menepati janjinya dan itu artinya tak lama lagi aku punya handphone sendiri. Cihuy! Aku bisa pamerin ke Cindy, Lala, Mona, Poo… Membayangkannya membuatku sampai senyum-senyum sendiri.
***
“Ma?”
“Ya?”
“Besok tanggal satu kan?”
“Iya…”
“Papa gajian kan?”
“Hmm… Terus?”
“Terus, papa kasih mama uang belanja kan?”
“Iya…”
“Artinya besok mama punya uang, dong!”
“So?”
“So, mama beliin aku handphonenya jadi kan?”
“Beres…”
“Yes!”
***
Aku tak sabar menunggu mama pulang dari belanja. Deg-degan handphone seperti apa yang dibelikan mama. Apakah sebagus punya Lala? Ataukah warnanya secantik milik Cindy?
“Assalamualaikum…”
“Waalaikumsalam, mama” jawabku sembari membukakan pintu. Mataku menatap kantong-kantong belanjaan itu mencari sesuatu.
Mama membongkar isi belanjaannya, dimulai dari sabun, pasta gigi, shampoo, sayuran, daging segar, buah import…
“Mana handphone dedek, ma?” Tanyaku tak sabar.
“Ah, iya”
Mama mengeluarkan bungkusan lain dari dalam tasnya.
“Ini. Baguskan?”
“Bagus sekali!” Teriakku bersemangat. “Terimakasih, Ma…” Ucapku sambil mengecup pipinya.
Kutekan tombol-tombolnya, dari speaker di belakang handphone-ku itu terdengar lagu Happy Birthday, Marry had a little lamb, Entertainer…
AKU SENANG!
***