#Day5 Minggu Seru: Kompasiana Nangkring Bersama BKKBN

Tetiba saya terdampar di sini, wuzzz… acara sejenis workshop atau talkshow gitu yang diselenggarakan pada hari minggu, 26 Juni 2016 di Grage Hotel Bengkulu. Kebenaran masih dapat rezeki ikut ginian, free  dan dapat ilmu parenting super keren dari tim BKKBN dan Kompasiana. Peserta acara ini terdiri dari blogger Bengkulu, remaja GenRe, dan media cetak serta tv lokal. Inti acaranya bagaimana membangun keluarga terencana. Momentumnya diambil dari kasus YY yang kemarin sempat blow up di media sosial dan blog, di mana banyak sekali yang menulis dan membicarakan tentang kasus pemerkosaan dan pembunuhan oleh belasan remaja ini. Banyak yang saling menghujat, menyalahkan dan menghakimi baik kepada korban maupun pelaku dan keluarga mereka. Padahal seharusnya kita bisa memberi atau memaparkan solusi yang sekiranya tepat untuk mengurangi dan mencegah kejadian ini terjadi kembali. Tentu saja solusi tersebut harus sesuai dengan kondisi lingkungan dan karakter masyarakat masing-masing di wilayah Indonesia Raya ini, MERDEKA!

Nah, jadi di acara ini dikupas satu persatu pake sembilu tips, cara dan solusi yang sekiranya bisa diaplikasikan oleh masyarakat pada umumnya dan keluarga pada intinya. Hal penting yang saya dapat bagikan sedikit di sini mengenai Keluarga Terencana yang sering sekali disebut-sebut oleh kedua narasumber, Pak Hadi dan Pak Abidin.

Mengapa perlu mewujudkan Keluarga Terencana?
Sebagaimana yang kita ketahui, akhir-akhir ini banyak sekali peristiwa sadis yang terjadi di sekitar kita. Salah satunya kasus YY,  juga puluhan mungkin ratusan dan ribuan kasus lain serupa yang tidak sampai ke media. Miris rasanya ketika melihat di televisi bagaimana seorang bapak tega menyakiti buah hatinya sendiri, anak yang melakukan perbuatan kriminal, suami istri yang saling serang, bunuh diri, atau aborsi oleh para belia. Rasanya demikian kejamnya dunia di luar sana. Tampak ada sebuah ketidaksiapan mental dari individu masing masing anggota keluarga dalam menghadapi berbagai masalah di rumah tangga. Ketidaksiapan ayah memimpin keluarga, mencari nafkah lahir batin untuk istri dan anak. Ketidaksiapan istri untuk memiliki buah hati dan mengurusnya dengan baik, sehingga akibatnya anak memiliki karakter yang tak baik. Berdasarkan hal-hal inilah maka perlu dibangun Keluarga Terencana yang tentu saja harus dipersiapkan dengan matang, bukan asal kawin terus beranak dan selesai.

Lantas bagaimana Keluarga Terencana ini bisa terwujud?
Berikut saya bagikan sedikit tipsnya,
1. Rencanakan usia berapa akan menikah. Hindari menikah di usia dini atau menikah karena keadaan terpaksa. MBA (married by accident) misalnya, yaitu istilah yang dari dulu sudah dikenal untuk menjelaskan mengenai pernikahan yang terjadi karena pihak perempuan hamil sebelum nikah. Menikah tak hanya soal cinta yang terselubung nafsu. Perlu ada komitmen yang kuat, mental yang dewasa dan pendapatan yang cukup untuk bekal mengarunginya.
2. Rencanakan jumlah anak dan atur jarak kehamilan. Pasangan yang siap menikah tentu punya peta rencana pemikiran sendiri, kapan mau punya anak, bagaimana pola asuh, kapan memiliki anak kedua, di mana anak bersekolah, dan seterusnya. Seperti yang dikatakan dalam talkshow ini, “Sepasang suami istri sebaiknya hanya memiliki satu balita dalam keluarga mereka” artinya dengan cara ini, pasangan suami istri diharapkan dapat memberikan kasih sayang yang cukup dalam masa perkembangan golden age sang anak, di mana usia 0-5 tahun adalah usia yang paling tepat untuk memberikan teladan yang baik bagi anak. “Usia ini adalah masa yang paling tepat bagi anak untuk mengetahui dasar prilaku yang baik dan membedakan antara sifat baik dan buruk” ucap narasumber lagi.
3. Pahami peran atau fungsi masing masing anggota keluarga. Sesibuk-sibuknya seorang ayah mencari nafkah, sempatkanlah berkomunikasi kepada semua anggota keluarga. Tentukan waktu sharing dalam keluarga. Jangan sampai keluarga yang menunggu di rumah hanya mendapatkan sisa energi negatif dari sang kepala keluarga. Aturlah jam kerja ayah, sehingga tak lembur setiap hari atau nongkrong bareng teman hingga tak kenal waktu. Kewajiban seorang ayah lah untuk menjamin kesejahteraan keluarga, serta memberikan rasa aman dan nyaman bagi keluarga. Bila sang kepala keluarga tetap mengontrol jalannya rumah tangga, insya allah istri dan anak bisa menjalankan peran mereka masing-masing dengan benar.

Dari tiga tips di atas, diharapkan keluarga terencana yang dimaksud dapat terwujud. Maka rencanakan dengan baik kehidupan keluarga kita selanjutnya sebab seperti yang disampaikan di akhir perbincangan, “Gagal dalam berencana sama dengan merencanakan kegagalan” artinya bila rencana yang sudah disusun itu berantakan, maka manusia itulah yang menjadikan rencana itu gagal.

Wuih, lumayan berat ya bahasan saya kali ini, nulisnya aja sampai berhenti satu hari (curcol :p) kesimpulan saya sendiri adalah jika semua keluarga telah menjadi keluarga yang terencana, insya allah akan meminimalisir kejadian kejadian buruk yang sudah disebutkan sebelumnya. Maka sebagai penulis, pembaca, penonton, alangkah baiknya kita menggunakan filter untuk menyaring konten yang paling tepat bagi diri kita sendiri. Pilihlah tulisan, bacaan atau tontonan yang sifatnya mendidik. Jangan membagikan informasi yang kita sendiri tak tahu kebenarannya, menyebarkan berita tak baik sama dengan menyebarkan bibit penyakit di lingkungan sekitar kita.

Demikian sekilas informasi tentang Keluarga Terencana yang bisa saya sampaikan sebagai salah satu bahasan penting pada acara ini.

Oya, setelah acara ini nanti bakal ada blog competition loh yang bisa diikuti oleh seluruh blogger, syaratnya cukup memiliki akun di kompasiana dan menuliskan pemikiran anda di sana mengenai tema ini, “Membangun Kualitas Kesehatan Reproduksi dan Mental Remaja Indonesia” salam dua anak lebih baik! 😀

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.