#Day 11: Media Sosial dan Alasan-alasan Saya Tetap Menggunakannya dari Perawan Sampai Punya Momongan

Sekarang udah ga zaman lagi kalo ga punya akun di media sosial, sebut saja yang masih ‘hidup’ dari dulu sampai sekarang, Facebook, Twitter, Path dan Instagram. Meskipun sudah bermunculan media sosial lainnya keempat media sosial tersebut biasanya masih dipakai oleh para pengguna dunia maya. Termasuk saya.

Ada beberapa alasan mengapa saya masih aktif menggunakan keempat media sosial tersebut,
1. Facebook
Sebenarnya saya sempat tak lagi menggunakan media sosial yang satu ini sejak awal menikah. Mengapa? Alasannya sederhana, sih saya udah pindah hati ke Twitter. 🙂 Alasan lainnya di akun Facebook saya terlalu banyak kenangan indah. Terlalu banyak status dan notes facebook yang galau dan foto-foto saya di sini terlalu cantik. *tolong sadarkan saya dari mimpi!*
Selain itu, sejak mainan Twitter, saya merasa di facebook terlalu ramai, seperti tak punya privasi karena hampir semua teman sekolah, kerja, mahasiswa, murid-murid, tumplek berteman di sini. Pembahasannya pun tak jauh-jauh dari hal-hal masa lalu, reunilah, mantan pacar lah, mantan calon lah #ups makanya saya hengkang dari media sosial yang satu ini. Tapi, masih ngintip-ngintip juga, sih… hahaha… Pokoknya jarang banget update status lagi atau nulis random di Facebook. Sampai akhirnya saya kembali aktif di sini karena saya mau ikutan lomba menulis di blog, yang biasanya pihak penyelenggara mewajibkan like fanspage tertentu sebagai syarat utama untuk ikut berpartisipasi dalam lomba menulis. Alasan baik lainnya di Facebook ada beberapa grup yang tak bisa saya tinggalkan untuk terus membaca postingannya, seperti grup ITMI, MFF, NB, KEB, KBB, RM, DD, SI, de el el… dimana semuanya penting demi meng-update ilmu pengetahuan dan spiritual saya. Maka, kembalilah saya ke media sosial yang ini… *ciri orang sulit move on*

2. Twitter
Dulu, alasan saya bikin akun twitter adalah mau ikutan quiz. Itupun ga menang. Ya boro boro mau menang, ikutan quiznya aja batal. 😀
Maka, mulailah saya bergerilya mencari akun yang asik untuk diikuti, mengamati satu persatu kicauan para sesepuh dan bertemulah saya dengan akun para selebritis Indonesia. Follow follow aja lah ya daripada timeline sepi. Uhuy, kok ya lama-lama baca timeline kayak nonton gosip. Akhirnya saya berhenti mengikuti akun para selebritis, meninggalkan satu, tiga akun seleb saja yang konten tweetnya ga melulu tentang party dan gosip. Salah satunya akun @duniamanji. Sering lihat kalo yang punya akun senang bikin fiksimini (fiksi dalam 140 karakter yang biasanya punya twist yang berbeda), terus saya pun stalking akunnya @fiksimini dan lihat ada yang namanya #fmidol dan baca beberapa retweet-an fiksimini yang menurut saya keren banget! Nah, saya follow juga tuh akun-akun yang menelurkan banyak fiksimini keren, hampir semua sesepuh saya follow (yang ga di-follow mungkin kelewatan). Saya pelajari diam-diam cara mereka menyampaikan ide. Saya iseng ikutan #fmidol (tanpa daftar jadi peserta) dan saya diketawain mas @therendra (host #fmidol). Dulu, dia balesin kira-kira gini, “Hahaha masih jauh, dear. Ikutan fiksimini yang biasa aja dulu, ya?” Saya langsung cengar cengir. Malu sendiri. Tapi, malah makin semangat naklukin akun @fiksimini dan ketika pertama kali fiksimini saya di-retweet rasanya kok kayak abis dilamar pacar yang bertahun-tahun ga jelas maunya apa. Setelah itu saya makin senang belajar nulis. Selain fiksimini saya juga mulai belajar nge-blog, bikin flash fiction, curcol as usually, temenan sama sesepuh fiksimini, merambat ke KEB (Kumpulan Emak-emak Blogger), Nulis Buku, ketemu akun para penulis kece, semuanya pure orang-orang baru. Rasanya seperti punya dunia baru, ga mentok bahas masalah yang dulu-dulu. I’m moving on, yeay! Makanya sampai sekarang saya masih sering stalking timeline, meskipun nulis fiksimininya jarang-jarang.

3. Path
Hanya karena Blackberry hadiah ulang tahun dari adik tersayang mulai error dan ga mampu lagi menemani saya setelah dia di-opname, mau tak mau saya move on ke android dan mulai mengenal Path. Awalnya sih saya mikir kalau setelah punya android saya bakalan lebih produktif nulis. Kenyataannya malah NOL besar, saya lebih kecanduan dengan Path. Mulanya pakai nama saya, ujung-ujungnya saya ganti pakai nama anak, sebab dipikir-pikir kalau saya upload foto narsis saya kayaknya udah kedaluwarsa deh. Mending foto sama videonya Andara, lebih unyu, kekinian dan semua orang suka. Betul, betul, betul?

4. Instagram
Yah, bikin akun di IG biar kekinian aja, biar bisa ikut kuis ini itu. Isinya juga cuma foto dan video Andara. Teman-temannya juga seputaran teman di Path. Toh, dua media sosial tersebut fungsinya juga mirip-mirip kan? Saya juga belum banyak pakai IG buat tujuan lain, kayak online shop atau promosi produk. Malah kedua media sosial ini bikin minat nulis saya menurun drastis. Positifnya sih memperbaiki kemampuan memotret dan edit video. Hehehe..

Nah, segitu dulu deh alasan saya masih pindah ke akun sana sini. Semoga ga bikin saya makin terlena dengan smartphone dan melupakan tugas wajib saya. Sip ya? Off gadget dulu ah…

*abis itu lima menit kemudian muncul lagi

4 thoughts on “#Day 11: Media Sosial dan Alasan-alasan Saya Tetap Menggunakannya dari Perawan Sampai Punya Momongan”

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.