CUPID

“Ayolah, please Cupid… Cabut panahmu dari mereka berdua. Pindahkan padaku” Pintaku memejam mata.

Sepet rasanya melihat lelaki yang kusuka, sudah punya kekasih.

“Kaya’ ga ada cowok lain aja sih, Nel!” Tegur sahabatku, Mimi. Saat aku mulai berpuisi tentang Rangga.
“He’s my everything, dear. Kamu sih ga pernah jatuh cinta.” Jawabku.

***

“Please Cupid… Cabut panahmu dari mereka berdua. Pindahkan padaku”

***

“Sstt… Rangga dan Sinta, putus!” Bisik Mimi. Aku membelalakan mata, membiarkannya berbinar-binar. Sepertinya pintaku dikabulkan oleh Cupid.

“Kesempatan emas buat gue. Lu doain ya, friend!” Ujarku. Mimi mengangguk sambil mengangkat jempolnya.

Segera kudekati Rangga, memulai PDKT entah sudah yang keberapa?
Semua berjalan lancar, aku yakin beberapa hari lagi Rangga akan jatuh hati padaku.

Aku berharap cemas menunggunya menyatakan cinta, bahkan sempat terbersit menembaknya duluan.

***
“Cupid, segerakanlan tancapkan anak panahmu”

***

“Neli! Tunggu, aku mau ngomong sesuatu.” Suara Sinta!
Ada apa? Apakah ia tak rela kalau aku mendekati mantan pacarnya?
Kuhentikan langkah kakiku. Sinta semakin mendekat, lalu menarik tanganku menjauh dari keramaian.

Dadaku berdegup kencang. Bersiap menerima caci makinya.

“Ngg.. Nel, gue.. Gue.. Gue suka sama elu” Hah? Mulutku melongo.

Cupid salah menancapkan anak panahnya!

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.