BOOM!
Seperti ledakan kembang api yang meletup-letup, ketika mataku beradu pandang di raut wajahmu.
Kau, pramusaji di restauran Jepang bergaya bak geisha yang menghibur kaisar.
Aku, satu-satunya kaisar yang benar-benar jatuh hati pada budaknya.
Semalam, dua malam, … , tujuh malam berturut-turut dan ini malam terakhirku di kota ini. Kuberanikan mendekat, menyelipkan tips di sela-sela jemarinya. Dahinya sedikit berkerut, lembaran itu seharga makanan yang kupesan.
Semoga ia melihat angka-angka yang ku tulis di sana. Berharap ia akan menghubungi…
Senyumnya mengembang, dadaku berdesir, berlomba dengan derap jantung melihat bibir merah mungilnya terbuka, hendak mengucap kata…
“Mas… Ini nomor hpnya kosong delapan sekian sekian? Gitu aja?”
Aku melongo, memandang tulisanku: 08-Sekian-Sekian