Haloo! Jumpa lagi dengan Saya, ibu satu anak yang baru belajar memasak. Kali ini saya memasak rendang. Makanan khas Sumatera Barat ini sangat terkenal. Menggunakan daging sapi, kelapa goreng, rempah-rempah dan santan. Berikut langkah-langkah yang saya tempuh hingga rendang saya matang (?)
Pertama, beli dulu daging sapinya sekitar satu kilogram. Lalu dipotong-potong. Jangan terlalu tebal karena lama matangnya (it’s happen to me) atau minta potong langsung sama tukang jagal saat membeli daging. Lalu, karena saya ga ngerti cara memasak rendang akhirnya saya putuskan menelepon mama mertua yang sedang di kantor. Loh, kok bukan mama sendiri? Iya, mama saya sedang sibuk juga. Ga masalah kan?
Nah, kata mama mertua saya nih.. Yang perlu disiapkan adalah bumbu rendang dan kelapa goreng (sangrai) -bisa beli jadi tuh di pasar. Kalau saya ambil di kulkas mertua. Hehehehe.. Oya, kelapa parut sekitar tiga ribu rupiah untuk diambil santannya. Peras sekitar empat kali deh…
Iris-iris juga dua siung bawang putih dan merah, lalu tumis dengan dua sendok cabe merah halus. Setelah itu masukan bumbu rendang, kelapa goreng, empat lembar daun salam dan dagingnya. Aduk hingga merata. Kecilkan api dan tutup sampai kaldu dagingnya keluar dan masak sampai kaldunya mengering sambil sesekali diaduk. Orang bilang ini kayak bagar gitu…
Kalau airnya sudah kering, baru tuang santan sampai dagingnya kelelep minta tolong. Nah, aduk dah tuh santan dengan gaya ditimba-timba. Pura-puranya mau nyelamatin daging yang tenggelam padahal cuma PHP doang! Istilahnya nih ya, jangan sampai ‘pecah kuah’ atau kalau enggak rendangnya masuk dalam kategori gagal.
Pokoknya ditimba terus sampai tangan pegel dan santan mendidih. Kalau sudah mendidih ga perlu terus diaduk, sesekali aja ngaduknya jangan sampai kelapanya jadi kerak ga jelas di dasar wajan. Masak deh sampai dagingnya empuk dan santannya mengering. Kudu sabar eaaa…
Kalau sudah matang tinggal disajikan. Hmmm.. Resep rendang via telepon ala saya dibimbing mama mertua siap disajikan. (Semoga enak 0:))
Hujan deras mengguyur di hari Rabu, 17 Januari 2024. Selepas dari kelas, saya langsung menuju…
Minggu, 14 Januari 2024. Aku menghadiri Grand Opening Ethica Store Sungai Serut. Berlokasi di Jalan…
Siapa yang di sini memiliki pemikiran yang sama dengan saya? Ingin mengganti ponsel yang sudah…
Sudah lama banget aku tuh nyari jilbab warna merah yang unik dan nyaman dipakai. Bukannya…
Sejak sekolah tempat saya bekerja menjadi lima hari kerja, setiap pulang sekolah rasanya capek banget.…
Suasana segar terasa setelah Kota Pangkalpinang di guyur hujan sejak pagi. Tepat pada tanggal 15…
This website uses cookies.
View Comments
Asyik-asyik di bimbing sama Mertua..tapi..gambarnya mana mbak..? kok gak ada...?.kita kan penasaran sama hasil karyanya, hehehe
Wah, iya. Ga sempat foto kemarin. Nanti saya update ya :))
Nah ini yang bakal kehilangan kalau pindah ke Jawa. Masak rendang di Pekanbaru (mungkin di Sumbar juga) itu nggak pake keringetan. Beli daging dipasar, minta dipotong untuk rendang sekalian. Beli bumbu rendang, tinggal bilang untuk berat daging berapa, itu udah termasuk kelapa yg sdh disangrai. Bumbu dipasar sini fresh terus krn kebutuhan warung nasi rames (nasi padang) sangat tinggi. Beli santan yg sudah diperas 2 bungkus (bukan santan kemasan). Sampai rumah, cemplungkan semua di wajan tapi santannya sebungkus dulu. Trus ditinggal ngeblog saja. Setelah baunya kemana-mana, tengokin deh, aduk seperlunya, terus ngeblog lagi. Stlh dapat satu artikel pendek, cemplungin santan yg sebungkus lagi, aduk seperlunya. Tinggal blogwalking dulu aja. Setelah baunya luar biasa lezat, baru deh diaduk 10 menit sekali. Kalau sudah mendekati kering, jangan ditinggal, aduk terus tp nggak sampai kringetan juga, paling 15 menit. Jadilah rendang yg empuk, lezat, berwarna gelap. Gimana di Jawa ntar ya? *curcol deh
Wah, aku ga tau mak kalau di jawa. Lagian ini keluarga sumatera tulen, darah Bengkulu campur sumatera selatan. Jadi, bumbu jadi yang seger itu banyak dijual. :p