“Mau kamu apa?”
Nana menatap mata lelaki di depannya dengan tajam.
“Aku…”
“Sudah! Aku muak!”
“Tapi aku cinta…”
“Persetan dengan kamu dan cinta. Bagiku kalian sudah mati!”
“Nana, mengertilah…”
“Stop! Kamu bukanlah siapa-siapa aku lagi!”
Nana berlari menjauh, membiarkan air matanya jatuh menjadi jejak-jejak penghubung masa lalu.
‘Seandainya kamu dulu tak meninggalkan kami, tentu kita tak akan bertemu di tempat ini.’
Nana melangkahkan kakinya dengan gontai menjauhi lokalisasi. Ia hanya ingin lelaki itu tahu, bahwa sejak hari itu tak pantas lagi sang lelaki yang tengah menatap punggungnya menjauh itu dipanggil Papa.
Hujan deras mengguyur di hari Rabu, 17 Januari 2024. Selepas dari kelas, saya langsung menuju…
Minggu, 14 Januari 2024. Aku menghadiri Grand Opening Ethica Store Sungai Serut. Berlokasi di Jalan…
Siapa yang di sini memiliki pemikiran yang sama dengan saya? Ingin mengganti ponsel yang sudah…
Sudah lama banget aku tuh nyari jilbab warna merah yang unik dan nyaman dipakai. Bukannya…
Sejak sekolah tempat saya bekerja menjadi lima hari kerja, setiap pulang sekolah rasanya capek banget.…
Suasana segar terasa setelah Kota Pangkalpinang di guyur hujan sejak pagi. Tepat pada tanggal 15…
This website uses cookies.