Sebuah interpretasi dari cerpen milik @harigelita dengan judul yang sama
Matanya menyala gelap
Menusuk lurus ke lubang mataku
Aku terkesiap, hampir terhisap dalam semesta kelamnya
Kuku-kukunya memanjang tumbuh dan terus tumbuh tanpa bisa dihentikan
Ujung tepinya menggores bibirnya sendiri
Lantas secepat cahaya darah itu melekat mengecap pekat di lidahku
Aku tercekat, bernapas hebat dengan dengung yang demikian kuat
Mulutnya menganga hitam gelap dan pekat seakan ingin menelanku bulat-bulat
Lelaki Tudung Hitam itu mendekat
Membuka rongga mulutnya lebar-lebar
Memperlihatkan gusi rumpang yang tak lagi garang
Kuambil parang dan berteriak nyalang
Pergi kau kematian!
Lalu aku terduduk dengan mata yang menyalang. Hilang!
Hujan deras mengguyur di hari Rabu, 17 Januari 2024. Selepas dari kelas, saya langsung menuju…
Minggu, 14 Januari 2024. Aku menghadiri Grand Opening Ethica Store Sungai Serut. Berlokasi di Jalan…
Siapa yang di sini memiliki pemikiran yang sama dengan saya? Ingin mengganti ponsel yang sudah…
Sudah lama banget aku tuh nyari jilbab warna merah yang unik dan nyaman dipakai. Bukannya…
Sejak sekolah tempat saya bekerja menjadi lima hari kerja, setiap pulang sekolah rasanya capek banget.…
Suasana segar terasa setelah Kota Pangkalpinang di guyur hujan sejak pagi. Tepat pada tanggal 15…
This website uses cookies.
View Comments
Aku suka puisi terutama karya lama sarat maknanya kalau karya kontemporer kadang bingung memaknainya
Kalo baca puisi aku bingung ga mba?