FLASH FICTION

Kata Orang-orang: Makan tu Cinta!

Menikah! Setiap kali mendengar kata itu, kepalaku yang sudah dua puluh delapan ini mau pecah. Selama empat tahun ku kenalkan teman priaku yang serius ingin menikahiku tapi tetap tidak disetujui karena alasan yang sama.

“Apa yang kau harapkan dari dia? Pengurus partai gurem??”

“Pilihlah saja pria yang berstatus pegawai negeri” itu kata-kata Papa yang tak pernah ku lupa.

Kota kecil ini memang begitu mengagungkan status PNS, yang berarti status sosial.

Rasanya semakin parah dunia ini, kalau rezeki hanya diukur dari jaminan pegawai negeri yang kerja ataupun tidur tetap digaji!

 “Bandrol CPNS 80-170 Juta”

Headline surat kabar di kotaku seperti mengejek.

Aku mengalihkan pandangan dari wajah itu…

“aku usahakan” katanya dengan perlahan.

“De… semua formasi untuk jurusanku di propinsi dan kabupaten sudah ‘terisi’. Gimana?”

Aku tahu, itu artinya meskipun nantinya tertulis jumlah CPNS yang dibutuhkan tapi semua ‘kursi’ itu sudah di-booking, dibayar lunas di muka bukan sistem kredit seperti beli mobil.

Aku menatap kosong layar hpku, lalu menulis: ikut aja dulu tesnya. Semoga ada jalan.

Pagi ini Papaku membangunkanku dengan semangat, menggedor pintu di pagi buta lalu menyodorkan koran pengumuman kelulusan tes CPNS.

 “…makanan itu dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.” (Al Imran:37)

Aku memandang priaku yang secara agama telah sah menjadi suamiku itu sedang menanam sayuran. Jauh pikiranku melayang pada sosok Papa. Ah.. Papa, aku janji aku dan priaku pasti akan segera kembali menjumpaimu untuk bakti kami. Semoga Papa nanti sudah siap menerima kami sebagai anak-anak Papa (lagi)…

3 thoughts on “FLASH FICTION”

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.